Thursday, September 1, 2016

TODAY, 1 September: Miskin Bukan Berarti Hina

TODAY, 1 September: 

Miskin Bukan Berarti Hina 

A Thai man was homeless and jobless -- but that all changed when he was rewarded for his good karma.
According to Coconuts Bangkok, Facebook user Tarika Patty said the unnamed homeless man had returned her boyfriend’s wallet on Monday although the man barely had money and had been living on the street for over a year.
The wallet had THD 20,000 (about S$ 784) cash inside. 
Tarika's boyfriend had not even realised he dropped his wallet. 
The homeless man took it to the police station, who helped track down the wallet's owner. 

Tarika's boyfriend was immensely grateful, and when he learned that the guy had been out of work for a year and used Huay Kwang MRT station as a place to sleep, he knew the perfect way to reward him.
He gave him a job and a place to stay.
Honesty is really the best virtue.  (Source: stomp.com.sg)

Seorang pria miskin yang tak punya rumah (tuna wisma) dan juga pengangguran, mengembalikan dompet mewah yang ditemukannya dengan isi sekitar $784 (setara dengan Rp. 7,6 juta bila menggunakan kurs 9.700,-).
Dan sebagai rasa terima kasihnya, pemilik dompet memberikannya pekerjaan dan tempat tinggal.
Kejujurannya berbuah baik, sungguh suatu contoh yang luar biasa.

Beberapa bulan yang lalu, saya pernah menuliskan status di Facebook:
" Miskin bukan berarti hina, kaya belum tentu juga mulia."
Pemikiran ini timbul dari membaca berita bahwa ada seorang kaya yang 'memelintir' berita dan kebenaran dengan menyuap kanan-kiri untuk kemudian memenjarakan beberapa orang miskin yang sebetulnya jujur.
Dalam hatiku ada satu kemarahan atas ketidakadilan yang terjadi ini.
Namun, harus diakui tidak setiap dari kita siap jika berhadapan dengan orang yang dekil, kumal, dan bertampang gelandangan...
Pikiran kita masih saja curiga terhadap mereka-mereka ini....
Kita masih silau dengan penampilan yang rapi dan parlente, padahal mungkin dia tukang tipu yang tahu memanfaatkan kelemahan manusiawi kita ini.

Manusia- ya, kita semua- senantiasa melihat rupa dan penampilan luar.
Tetapi, Tuhan melihat hati.
Tidak semua yang miskin harta itu miskin hati.
Terkadang orang yang kaya hartanya, malahan sungguh miskin hatinya.
Kisah dari Thailand ini mengajarkan saya bahwa sekali lagi miskin karena keadaan, bukan berarti hina...
Mari terus belajar untuk juga memandang hati manusia yang masih tetap memegang kejujuran dengan tinggi.
Semoga kita pun tetap memperjuangkan kejujuran ini.
(-fon-)/Fonny Jodikin
 Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata,  tetapi TUHAN melihat hati.
--- 1 Samuel 16:7

No comments: