Friday, March 25, 2016

TODAY, 25 Maret: Jumat Agung

Jumat Agung

These are reconstructions to be respected when they have some literary or artistic value, but they have no historical basis whatsoever. The Gospels — the only reliable sources that we have about Judas’ character — speak of a more down-to-earth motive: money. Judas was entrusted with the group’s common purse; on the occasion of Jesus’ anointing in Bethany, Judas had protested against the waste of the precious perfumed ointment that Mary poured on Jesus’ feet, not because he was interested in the poor but, as John notes, “because he was a thief, and as he had the money box he used to take what was put into it” (Jn 12:6). His proposal to the chief priests is explicit: “‘What will you give me if I deliver him to you?’ And they paid him thirty pieces of silver” (Mt 26:15).
--- Homily of Father  Raniero Cantalamessa, the preacher of the papal household, Good Friday 2014

Ketika membaca khotbah Pastor Raniero Cantalamessa-yang merupakan Pengkhotbah Rumah Tangga Kepausan- di tahun 2014 yang lalu, saya pribadi kembali diingatkan bahwa motif dasar ketika Yudas menyerahkan Yesus kepada imam-imam kepala adalah uang.
Yudas, sering 'nilep' atau diistilahkan sebagai pencuri pada Injil Yohanes 12:6. 
Ia sering mengambil uang dari kas bersama yang disimpan padanya.
Dari motif itu, dia pun dengan tega menyerahkan Yesus.

Yudas berkata begitu bukan karena ia memperhatikan orang miskin, tetapi karena ia pencuri. Ia sering mengambil uang dari kas bersama yang disimpan padanya.
--- Yohanes 12:6

Mari berefleksi sejenak: apakah kita tega juga menyerahkan Yesus atas nama uang?
Pernahkah kita di dalam kehidupan kita sehari-hari ini, menentang atau berpaling dari Yesus (jika tidak dikatakan berkhianat kepada-Nya) hanya demi uang?
Sekali lagi, uang memang penting. 
Dengan uang banyak hal bisa dilakukan.
Namun: uang bukanlah segala-galanya.
Tidak semua bisa dibeli dengan uang. Terbukti mereka yang punya banyak uang pun, ada yang tidak merasa bahagia.
Apa yang ditawarkan dunia memang takkan pernah sanggup menggantikan DIA.
Hanya Tuhan yang mampu mengisi kekosongan hati kita dan memenuhinya dengan sukacita.

Memandangi Yesus yang tersalib, satu janji dalam hati: semoga aku tetap setia pada-Mu sampai akhir nanti.
(-fon-)


No comments: