TODAY, 27 Mei:
Kepahitan Jiwa
Ada air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
Air mata kesedihan dan dendam yang mendalam.
Dendam terhadap orangtuanya sendiri yang dianggapnya memperlakukan dirinya dengan amat tidak baik.
Saya terus mendengarkan, sambil takjub juga sesekali mendengar kisahnya.
"Koq bisa? Koq ada ya, orang tua seperti itu?"
Saya tahu, dia sangat terluka.
Saya pun pernah merasakan perasaan yang sama, meskipun kasusnya berbeda.
Saya sangat sadar, pada mereka yang sudah mengalaminya, pasti ada kepahitan di jiwa...
Rasa geram, rasa dendam, rasa terluka parah.
Selalu menganggap tak ada orang yang mengerti dirinya...
Selalu mengira bahwa beban hidupnya adalah yang paling berat sedunia...
Mungkin seperti Ayub, pada suatu ketika di hidup ini, kita pernah berkata:
"Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.
--- Ayub 10:1
Tetapi sebagai hamba Kristus, hendaknya kita terbuka atas kasih-Nya...
Menyerahkan segala luka, kepahitan yang telah lama kita simpan di dalam dada...
Hanya DIA, ya hanya DIA yang mampu melepaskan kita dari dendam membara...
Dia mampu membalut kita dengan kasih setia-Nya.
Tak ada gunanya kita menggenggam erat luka...
Karena pada akhirnya, hanya sakit hati yang kita rasa...
Percaya kepada Allah dan penyelenggaraan-Nya.
Percaya Dia mampu membalut segala kepahitan di jiwa.
Percaya dan terus percaya!
(-fon-)/Fonny Jodikin
No comments:
Post a Comment