Hidup Bagi Allah
Hari ini tanggal 1 Juni.
Tak terasa telah begitu cepat lembar demi lembar buku harian kehidupan kita telah berlalu di tahun 2016 ini.
Kita sudah memasuki pertengahan tahun dan tak lama lagi, akhir tahun akan menjelang.
Waktu seolah berjalan, bahkan berlari begitu cepatnya.
Merenungkan hidup dan kehidupan ini, terkadang membuat kita bertanya-tanya.
Apalagi ketika berita dukacita datang dengan tak disangka-sangka.
Beberapa teman baik atau saudara yang lebih muda dari kita sudah pergi untuk selamanya.
Mereka mendahului kita pulang ke rumah Bapa.
Mengingat hal ini, rasanya pas pula jika ayat dari Yakobus 4:14 ini kita ingat:
hidup seperti uap yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap.
sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
--- Yakobus 4:14
Namun, rasanya tak perlu juga terlalu pesimis dalam menghadapi semuanya ini
Mari, seperti Pemazmur, kita memuliakan Tuhan selama hidup di dunia ini.
Bermazmur bagi Dia, menjadi saluran kasih-Nya selama masih diberi-Nya nafas kehidupan...
Mensyukuri setiap detik yang Dia beri...
Biar hidupku (baca: hidup kami) memuliakan-Mu!
(-fon-)
Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.
--- Mazmur 146:2
Tuesday, May 31, 2016
TODAY, 31 Mei 2016: Tuhan Kasihanilah Kami
Tuhan Kasihanilah Kami
Saat tak lagi ada kata yang mampu terucap...
Saat kesedihan sudah begitu memuncak...
Dan hanya tetes air mata yang menjadi doa yang dipanjatkan kepada-Nya...
Dalam diam, kami mencari wajah-Mu...
Tuhan, kasihanilah kami...
Tuhan, kasihanilah...
Engkau kami nanti-nantikan...
Lindungilah kami dalam setiap hari yang Kauanugerahkan pada kami...
Meskipun tidak selalu mudah kami jalani...
Namun, tetap kami syukuri...
Kaulah sumber kekuatan dalam menjalani hari lepas hari...
Selamatkanlah kami di waktu kesesakan.
Engkaulah pertolongan kami.
Tempat kami mengadu, bersandar, dan menaruh semua harapan...
Di tengah segala kekecewaan.
Tuhan, kasihanilah kami...
Tuhan, kasihanilah.
(-fon-)
TUHAN, kasihanilah kami, Engkau kami nanti-nantikan! Lindungilah kami setiap pagi dengan tangan-Mu, ya, selamatkanlah kami di waktu kesesakan.
--- Yesaya 33:2
Saat tak lagi ada kata yang mampu terucap...
Saat kesedihan sudah begitu memuncak...
Dan hanya tetes air mata yang menjadi doa yang dipanjatkan kepada-Nya...
Dalam diam, kami mencari wajah-Mu...
Tuhan, kasihanilah kami...
Tuhan, kasihanilah...
Engkau kami nanti-nantikan...
Lindungilah kami dalam setiap hari yang Kauanugerahkan pada kami...
Meskipun tidak selalu mudah kami jalani...
Namun, tetap kami syukuri...
Kaulah sumber kekuatan dalam menjalani hari lepas hari...
Selamatkanlah kami di waktu kesesakan.
Engkaulah pertolongan kami.
Tempat kami mengadu, bersandar, dan menaruh semua harapan...
Di tengah segala kekecewaan.
Tuhan, kasihanilah kami...
Tuhan, kasihanilah.
(-fon-)
TUHAN, kasihanilah kami, Engkau kami nanti-nantikan! Lindungilah kami setiap pagi dengan tangan-Mu, ya, selamatkanlah kami di waktu kesesakan.
--- Yesaya 33:2
Sunday, May 29, 2016
TODAY, 30 Mei 2016: Hari yang Dijadikan Tuhan
Hari yang Dijadikan Tuhan
Pernah mengalami segala sesuatu seolah begitu salah terjadi pada satu hari di hidup ini?
Saya pernah.
Saya kira, kita semua pun pernah mengalaminya.
Terkadang hari itu menjadi begitu mengesalkan dan mengecewakan.
Sehingga kita pun berseru, itu adalah naasnya kita, hari sial...
"Apes banget deh gue!" Mungkin perkataan itu yang keluar dari mulut kita.
Bahkan Pemazmur pun pernah menuliskan pengalaman perasaannya akan hari sialnya:
Mereka menghadang aku pada hari sialku, tetapi TUHAN menjadi sandaran bagiku.
--- Mazmur 18:19
Tetapi, Pemazmur tetap melihat bahwa Tuhan ada, bahkan menjadi sandaran baginya-tak peduli hari apa pun yang dia jalani.
Tiba-tiba di dalam hati saya berbisik,
" Hey, this is the day that the Lord has made! Should we just be glad and rejoice in it?"
Bukankah ini hari yang telah dijadikan Tuhan?
Bukankah pula seharusnya kita bersuka hati dan bersukacita di hari ini?
Apa yang kita anggap jelek, sial, naas, dan sebagainya...
Ketika kita lihat dalam kerangka rancangan jangka panjang Allah di hidup kita, mungkin mempunyai arti yang berbeda dari apa yang ada di pikiran kita.
Allah memiliki rencana kebaikan yang Dia rancang sejak semula bagi kita.
Mari kembali mempercayai-Nya dengan sepenuh iman.
Semoga kita bisa mensyukuri setiap hari- entah di pikiran dan perasaan kita itu hari baik ataupun tidak.
Karena kita percayai, segala sesuatu akan indah pada waktu-Nya.
Bagian kita hanyalah bersyukur dan bersukacita atas setiap hari yang masih Dia izinkan untuk kita nikmati.
(-fon-)
Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!
--- Mazmur 118:24
Pernah mengalami segala sesuatu seolah begitu salah terjadi pada satu hari di hidup ini?
Saya pernah.
Saya kira, kita semua pun pernah mengalaminya.
Terkadang hari itu menjadi begitu mengesalkan dan mengecewakan.
Sehingga kita pun berseru, itu adalah naasnya kita, hari sial...
"Apes banget deh gue!" Mungkin perkataan itu yang keluar dari mulut kita.
Bahkan Pemazmur pun pernah menuliskan pengalaman perasaannya akan hari sialnya:
Mereka menghadang aku pada hari sialku, tetapi TUHAN menjadi sandaran bagiku.
--- Mazmur 18:19
Tetapi, Pemazmur tetap melihat bahwa Tuhan ada, bahkan menjadi sandaran baginya-tak peduli hari apa pun yang dia jalani.
Tiba-tiba di dalam hati saya berbisik,
" Hey, this is the day that the Lord has made! Should we just be glad and rejoice in it?"
Bukankah ini hari yang telah dijadikan Tuhan?
Bukankah pula seharusnya kita bersuka hati dan bersukacita di hari ini?
Apa yang kita anggap jelek, sial, naas, dan sebagainya...
Ketika kita lihat dalam kerangka rancangan jangka panjang Allah di hidup kita, mungkin mempunyai arti yang berbeda dari apa yang ada di pikiran kita.
Allah memiliki rencana kebaikan yang Dia rancang sejak semula bagi kita.
Mari kembali mempercayai-Nya dengan sepenuh iman.
Semoga kita bisa mensyukuri setiap hari- entah di pikiran dan perasaan kita itu hari baik ataupun tidak.
Karena kita percayai, segala sesuatu akan indah pada waktu-Nya.
Bagian kita hanyalah bersyukur dan bersukacita atas setiap hari yang masih Dia izinkan untuk kita nikmati.
(-fon-)
Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!
--- Mazmur 118:24
TODAY, 29 Mei 2016: Dia Buka Jalan
Dia Buka Jalan
Hari ini pada perayaan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, Fr. Justin Lim OFM dari paroki St. Mary of the Angels-Singapura mengemukakan bahwa ada satu lagu yang berkesan bagi dirinya pribadi. Lagu itu adalah lagu God Will Make a Way.
God will make
a way
Where there
seems to be no way
He works in
ways we cannot see
He will make
a way for me
He will be my
guide
Hold me
closely to His side
With love and
strength for each new day
He will make
a way, He will make a way
(God Will Make a Way- Don Moen)
Dia buka jalan
saat tiada jalan
dengan cara yang ajaib
dibukanya jalanku
Dia menuntunku
dan memeluk diriku
dengan kasih dan kuasa-Nya
Dia buka jalan (2x)
(Dia Buka Jalan- Bahasa Indonesia)
Lagu ini pun mengingatkan saya akan kuasa Allah.
Dia senantiasa mampu membuka jalan bagi kita.
Terkadang, jalan-Nya tidak sama seperti yang kita inginkan.
Terkadang pula, kita menjadi ragu: inikah jalan yang Dia bukakan?
Namun, Dia mampu menuntun kita dengan kasih dan kuasa-Nya.
Dia mampu buka jalan bagi kita.
Karena Dia adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup.
Yes, HE will make a way for you, for me, for us!
(-fon-)
Perhatikanlah, Aku membuat sesuatu yang baru; sekarang sudah mulai, tidakkah kaulihat? Aku akan membuat jalan di padang gurun, dan sungai-sungai di padang belantara.
--- Yesaya 43:19
Saturday, May 28, 2016
TODAY, 28 Mei 2016: Lord, I Give You My Heart
TODAY, 28 Mei 2016
Lord, I Give You My Heart
Lord, I give You my heart
I give You my soul
I live for You alone
Every breath that I take
Every moment I'm awake
Lord, have Your way in me
(Lord, I Give You My Heart)
Kubrikan hatiku dan jiwaku
Semuanya bagi-Mu
Di dalam hidupku, di setiap waktu
Nyatakan jalan-Mu
(Edisi Bahasa Indonesia)
Lagu ini bergema memenuhi hati saya saat ini.
Lord, I Give You my heart, I Give you my soul...
Kuberikan hatiku dan jiwaku, semuanya bagi-Mu...
Bukan saja di saat susahku, namun senangku juga semua dari-Mu...
Saat segalanya baik ataupun kurang baik, kupersembahkan juga kepada-Mu.
Karena kupercaya, segala yang terjadi di hidupku ada pada penyelenggaraan-Mu...
Biarkan aku senantiasa mempersembahkan diriku, juga seluruh keberadaanku.
Hanya bagi-Mu.
Aku hendak memuji dan memuliakan-Mu sepanjang hidupku.
(-fon-)
I will praise you, Lord my God, with all my heart; I will glorify your name forever.
--- Psalm 86:12
Aku bersyukur kepada-Mu dengan sepenuh hatiku, ya TUHAN Allahku; aku mau memuji kebesaran-Mu selama-lamanya.
Lord, I Give You My Heart
Lord, I give You my heart
I give You my soul
I live for You alone
Every breath that I take
Every moment I'm awake
Lord, have Your way in me
(Lord, I Give You My Heart)
Kubrikan hatiku dan jiwaku
Semuanya bagi-Mu
Di dalam hidupku, di setiap waktu
Nyatakan jalan-Mu
(Edisi Bahasa Indonesia)
Lagu ini bergema memenuhi hati saya saat ini.
Lord, I Give You my heart, I Give you my soul...
Kuberikan hatiku dan jiwaku, semuanya bagi-Mu...
Bukan saja di saat susahku, namun senangku juga semua dari-Mu...
Saat segalanya baik ataupun kurang baik, kupersembahkan juga kepada-Mu.
Karena kupercaya, segala yang terjadi di hidupku ada pada penyelenggaraan-Mu...
Biarkan aku senantiasa mempersembahkan diriku, juga seluruh keberadaanku.
Hanya bagi-Mu.
Aku hendak memuji dan memuliakan-Mu sepanjang hidupku.
(-fon-)
I will praise you, Lord my God, with all my heart; I will glorify your name forever.
--- Psalm 86:12
Aku bersyukur kepada-Mu dengan sepenuh hatiku, ya TUHAN Allahku; aku mau memuji kebesaran-Mu selama-lamanya.
--- Mazmur 86:12
Thursday, May 26, 2016
TODAY, 27 Mei 2016: Adakah Balok di Mata Kita?
Adakah Balok di Mata Kita?
Di satu Komunitas Penulis yang pernah saya ikuti di awal-awal meningkatnya kegemaran saya dalam menulis, kami sungguh saling berlatih dan mengingatkan untuk mempergunakan EYD - Ejaan Yang Disempurnakan dalam Bahasa Indonesia.
Tentunya, kami semua punya latar belakang dan gaya penulisan yang berbeda, namun untuk menulis dengan baik tentunya EYD tidak bisa dianggap remeh.
Dari situ, saya belajar untuk tetap mempertahankan EYD sedapat mungkin, padahal dulunya gaya penulisan saya seringnya mempergunakan banyak bahasa 'gaul' ketimbang EYD.
Lalu, bersama teman-teman Katolik saya pun sempat tergabung dalam beberapa proyek kepenulisan termasuk Renungan Harian Wanita.
Sesudah aktif menulis renungan, sempat dua tahun saya menjadi Editor di sana.
Menjadi Editor, sungguh dituntut untuk melihat teks naskah dengan sedetail mungkin.
Sedapat mungkin melihat 'kekurangan' dari Naskah tersebut dan menjadikannya lebih baik dari sisi bahasa.
Editor dituntut untuk kritis, bukan hanya dalam hal ejaan, namun juga isi secara keseluruhan dari tulisan yang bersangkutan.
Pengalaman 'Editing' ini senantiasa mengingatkan saya: betapa mudahnya melihat selumbar di mata orang lain, sedangkan kita sendiri belum tentu menyadari adanya balok di mata kita.
Hal penghakiman, menjadi hal yang paling mudah saat menunjuk orang lain dengan satu jari tanpa menyadari: 4 jari lainnya tertuju pada diri sendiri.
Di tengah kemudahan berkomunikasi di sosial media, saya pun mendapati betapa mudahnya sekarang ini orang berkomentar negatif dan terkadang menyakitkan hati-meskipun mereka belum saling kenal.
Sebagai pengikut Kristus, mari kita telaah diri kita masing-masing.
Sebelum menunjukkan kekurangan orang lain- sebelum menghakimi mereka-mari lihat diri kita masing-masing: adakah balok di mata kita?
Semoga secara berproses kita menjadi orang-orang yang bijaksana di dalam Allah dalam hal penghakiman ini.
Bukan perkara mudah, tetapi di dalam Dia selalu ada harapan dan kemungkinan.
Semoga demikian adanya.
(-fon-)
"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. 7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. 7:3Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? 7:4Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. 7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
--- Matius 7:1-5
Di satu Komunitas Penulis yang pernah saya ikuti di awal-awal meningkatnya kegemaran saya dalam menulis, kami sungguh saling berlatih dan mengingatkan untuk mempergunakan EYD - Ejaan Yang Disempurnakan dalam Bahasa Indonesia.
Tentunya, kami semua punya latar belakang dan gaya penulisan yang berbeda, namun untuk menulis dengan baik tentunya EYD tidak bisa dianggap remeh.
Dari situ, saya belajar untuk tetap mempertahankan EYD sedapat mungkin, padahal dulunya gaya penulisan saya seringnya mempergunakan banyak bahasa 'gaul' ketimbang EYD.
Lalu, bersama teman-teman Katolik saya pun sempat tergabung dalam beberapa proyek kepenulisan termasuk Renungan Harian Wanita.
Sesudah aktif menulis renungan, sempat dua tahun saya menjadi Editor di sana.
Menjadi Editor, sungguh dituntut untuk melihat teks naskah dengan sedetail mungkin.
Sedapat mungkin melihat 'kekurangan' dari Naskah tersebut dan menjadikannya lebih baik dari sisi bahasa.
Editor dituntut untuk kritis, bukan hanya dalam hal ejaan, namun juga isi secara keseluruhan dari tulisan yang bersangkutan.
Pengalaman 'Editing' ini senantiasa mengingatkan saya: betapa mudahnya melihat selumbar di mata orang lain, sedangkan kita sendiri belum tentu menyadari adanya balok di mata kita.
Hal penghakiman, menjadi hal yang paling mudah saat menunjuk orang lain dengan satu jari tanpa menyadari: 4 jari lainnya tertuju pada diri sendiri.
Di tengah kemudahan berkomunikasi di sosial media, saya pun mendapati betapa mudahnya sekarang ini orang berkomentar negatif dan terkadang menyakitkan hati-meskipun mereka belum saling kenal.
Sebagai pengikut Kristus, mari kita telaah diri kita masing-masing.
Sebelum menunjukkan kekurangan orang lain- sebelum menghakimi mereka-mari lihat diri kita masing-masing: adakah balok di mata kita?
Semoga secara berproses kita menjadi orang-orang yang bijaksana di dalam Allah dalam hal penghakiman ini.
Bukan perkara mudah, tetapi di dalam Dia selalu ada harapan dan kemungkinan.
Semoga demikian adanya.
(-fon-)
"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. 7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. 7:3Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? 7:4Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. 7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
--- Matius 7:1-5
Wednesday, May 25, 2016
TODAY, 26 Mei 2016: Awasilah Lidahmu!
TODAY, 26 Mei 2016
Awasilah Lidahmu!
Semalam, saat mempersiapkan TODAY untuk hari ini, saya membaca ayat-ayat dari Kitab Deuterokanonika dan saya mulai dari Kitab Kebijaksanaan Salomo.
Membaca ayat demi ayat, lalu terpaku pada Keb 1 ayat 11 ini:
Jadi, waspadalah terhadap gerutu yang sia-sia, dan awasilah lidahmu agar jangan memfitnah.
Karena omongan tersembunyi pun pasti ada akibatnya, dan mulut yang berdusta mematikan orang.
--- Keb 1:11
Kita terkadang tidak bermaksug bergosip.
Namun, ada kalanya itu menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi sebagian orang saat mempergunjingkan orang yang kita kenal.
Begitu asyiknya, terkadang sampai banyak bumbu-bumbu penyedap yang dimasukkan ke acara pergosipan itu.
Sehingga, berita tambah simpang-siur tanpa kita ketahui kebenarannya.
Meskipun bergosip mungkin mengasyikkan bagi banyak orang, namun tiap kali saya pun bertanya pada diri sendiri: jika saya yang berada pada posisinya, akankah saya senang?
Jika kita yang digosipkan, bisakah kita menerimanya?
Atau malahan kita menjadi marah, bahkan sakit hati karenanya?
Ada pepatah yang bilang, "Perlakukan orang lain, sebagaimana kamu ingin diperlakukan."
Mari kita semakin mawas diri dalam hal ini.
Awasi lidah, jangan memfitnah.
Pergunakan seluruh anggota tubuh kita, termasuk mulut dan lidah untuk menyebarkan kebaikan dan kasih Allah dan bukan sebaliknya.
Semoga secara berproses kita menjadi lebih baik dalam pengendalian diri.
(-fon-)
Awasilah Lidahmu!
Semalam, saat mempersiapkan TODAY untuk hari ini, saya membaca ayat-ayat dari Kitab Deuterokanonika dan saya mulai dari Kitab Kebijaksanaan Salomo.
Membaca ayat demi ayat, lalu terpaku pada Keb 1 ayat 11 ini:
Jadi, waspadalah terhadap gerutu yang sia-sia, dan awasilah lidahmu agar jangan memfitnah.
Karena omongan tersembunyi pun pasti ada akibatnya, dan mulut yang berdusta mematikan orang.
--- Keb 1:11
Kita terkadang tidak bermaksug bergosip.
Namun, ada kalanya itu menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi sebagian orang saat mempergunjingkan orang yang kita kenal.
Begitu asyiknya, terkadang sampai banyak bumbu-bumbu penyedap yang dimasukkan ke acara pergosipan itu.
Sehingga, berita tambah simpang-siur tanpa kita ketahui kebenarannya.
Meskipun bergosip mungkin mengasyikkan bagi banyak orang, namun tiap kali saya pun bertanya pada diri sendiri: jika saya yang berada pada posisinya, akankah saya senang?
Jika kita yang digosipkan, bisakah kita menerimanya?
Atau malahan kita menjadi marah, bahkan sakit hati karenanya?
Ada pepatah yang bilang, "Perlakukan orang lain, sebagaimana kamu ingin diperlakukan."
Mari kita semakin mawas diri dalam hal ini.
Awasi lidah, jangan memfitnah.
Pergunakan seluruh anggota tubuh kita, termasuk mulut dan lidah untuk menyebarkan kebaikan dan kasih Allah dan bukan sebaliknya.
Semoga secara berproses kita menjadi lebih baik dalam pengendalian diri.
(-fon-)
Tuesday, May 24, 2016
TODAY, 25 Mei 2016 : Mengandalkan Tuhan
Mengandalkan Tuhan
Mungkin dalam hidup ini, kita pernah mengalami bahwa kita sungguh berharap pada seseorang yang kita percayai.
Entah itu anggota keluarga, sahabat, atasan kita di kantor, atau mungkin darah-daging kita sendiri.
Tak jarang, harapan itu sungguh berakar kuat dan begitu sulit menerima kenyataan jika mereka ternyata mengecewakan kita - entah disengaja maupun tidak.
Kita pun jauh dari kata sempurna, kita pastinya pernah mengecewakan orang-orang yang pernah menaruh harapan kepada kita.
Soal harap dan berharap, lalu mengecewakan dan dikecewakan, kesemuanya menjadi pengalaman tersendiri.
Selagi masih berharap pada manusia, pastinya pernah mengalami kecewa.
Rasa kecewa biasanya semakin kuat, jika harapan yang kita pupuk begitu tingginya.
Setelah mengalami hal-hal semacam itu, maka kita pun semakin menyadari:
tiada yang lebih indah daripada mengandalkan Tuhan.
Menaruh segala harapan kepada Tuhan...
Jika memang kita kecewa, pastinya karena kita belum mengerti maksud dan rencana-Nya di hidup kita.
Setelah mengalami, mungkin kita sempat menoleh ke belakang, untuk kemudian mensyukuri apa yang Dia rancang bagi kita.
Sebuah rancangan damai sejahtera bagi setiap umat-Nya.
Yesus, Engkaulah andalanku.
Segenap harapanku, kupersembahkan pada-Mu.
Amin.
(-fon-)
Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.
--- Yeremia 17:7-8
Monday, May 23, 2016
TODAY, 24 Mei 2016: Kasih Sejati
Kasih Sejati
Beberapa minggu yang lalu saya berkesempatan nonton film yang sudah cukup saya tunggu-tunggu karena pemerannya adalah Zhang Han dan Zhao Li Ying yang sempat begitu memikat lewat peranan mereka di serial drama dari negeri Cina berjudul: Boss and Me (judul lain: Shan Shan Comes to Eat). Kali ini mereka kembali berkolaborasi dalam film yang berjudul The Rise of a Tomboy.
The Rise of a Tomboy adalah film komedi romantis, dimana
pemain wanita utama mencoba untuk menggunakan rumus matematika untuk mengetahui
bagaimana cinta bekerja, tapi hanya untuk menyadari pada akhirnya bahwa cinta
sejati adalah melebihi rumus matematika mana pun, lebih mengenai menemukan orang yang tepat dan debaran jantung saat berada di dekat orang yang dicintainya.
Cinta ternyata tak bisa dihitung-hitung, meskipun Zhao Li Ying berperan sebagai seorang ahli matematika yang memulai kegemarannya akan Matematika di usia 9 tahun.
Cinta sejati, terlebih lagi, nantinya harus tahan uji terhadap banyak perubahan yang terjadi di kehidupan yang diarungi berdua.
Apalagi saat sudah memutuskan menjadi suami-isteri.
Debaran jantung dan apa yang sering disebut sebagai 'chemistry'- seolah senyawa kimia yang berterbangan di udara saat bertemu dengan Si Dia, suatu saat akan memudar.
Jika hanya mengandalkan perasaan semata, betapa mudahnya cinta yang katanya sejati itu bisa luntur dalam sekejap saja.
Yang terpenting dalam mengarungi bahtera rumah tangga tentunya: sedapat mungkin setia dalam keadaan apa pun.
Susah-senang, sehat-sakit, semua dijalani dengan tabah dan sukacita.
Film ini mengingatkan saya sekali lagi: bahwa cinta sejati tak bisa dihitung.
Apalagi cinta yang terbesar di hidup kita, tentunya berasal dari Kristus saja.
Tiada cinta, tiada kasih yang lebih besar daripada Kasih-Nya kepada kita-meskipun kita tak selalu menyadarinya.
Dengan menempatkan Allah sebagai pusat kehidupan kita, termasuk pusat kehidupan pernikahan kita...
Semoga kita dimampukan untuk tetap setia sebagaimana Yesus setia kepada kita.
Juga atas setiap panggilan hidup yang Dia percayakan kepada kita, semoga kita tetap setia.
Allah adalah kasih. God is love.
Hanya dengan kasih-Nya, kita mampu menjalani setiap hari di kehidupan ini dengan sukacita.
(-fon-)
Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih
--- 1 Yohanes 4:8
Whoever does not love does not know God, because God is love.
--- 1 John 4:8
Sunday, May 22, 2016
TODAY, 23 Mei 2016: Dipimpin oleh Roh Kudus
Dipimpin oleh Roh Kudus
Sebagai umat Kristiani, hendaknya kita hidup dipimpin oleh Roh Kudus.
Sehingga hidup kita tak lagi sama seperti di masa silam, melainkan kita juga menjadi manusia-manusia yang baru di dalam Allah.
Hendaknya itu semua terlihat di dalam keseharian kita...
Karena kesaksian hidup yang terbesar adalah dari perbuatan dan sikap kita sehari-hari.
Bukan hanya atas dasar ayat-ayat Alkitab yang kita hafal...
Bukan pula atas aktivitas kita sebagai pelayan Tuhan...
Bukan pula atas banyaknya kegiatan rohani yang kita ikuti semisal: retret, rekoleksi, dan sebagainya.
Itu semua penting, namun pada akhirnya: apakah semua kegiatan itu membawa kita kepada sikap rendah hati?
Jika malah kesombongan yang meraja-lela, perasaan hebat, gila hormat, saling dengki, dan saling fitnah yang mendominasi-sungguh patut dipertanyakan: apakah hidup kita sungguh dipimpin oleh Roh Kudus?
Mari hidup di dalam Roh dan dipimpin oleh Roh Kudus.
Semoga kita hidup di dalam buah-buah Roh, yang bukan hanya sedap dipandang sekitar kita dan dunia...
Tetapi juga memuliakan Tuhan di segenap tindakan dan tingkah laku kita.
Semoga!
(-fon-)
Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, 5:26 dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
--- Galatia 5:25-26
TODAY, 22 Mei 2016 : Jangan Menjadi Serupa Dengan Dunia
Jangan Menjadi Serupa Dengan Dunia
Setelah menuliskan TODAY tentang tragedi Yuyun di Bengkulu tanggal 4 Mei lalu dengan judul Saya Bersama Yuyun #NyalaUntukYuyun, tak lama kemudian bermunculan berita-berita perkosaan baru yang tak kalah kejinya. Kisah di Manado dengan pelaku sebanyak 19 orang, lalu yang terakhir kasus Eno, membuat saya tak lagi sanggup untuk berpikir: betapa kejinya perlakuan mereka.
Saya pun merenungkan, pemberitaan buruk terkadang membawa dampak yang buruk pula.
Tak jarang, oleh Si Jahat, berita ini menjadi seolah ide baru untuk melakukan tindak kejahatan baru.
Betapa mengerikan!
Ketika dunia terbiasa dengan berita-berita yang negatif...
Ketika dunia seolah mencari sensasi dari berita perselingkuhan atau perceraian artis..
Ketika media menitik-beratkan pada kasus korupsi...
Mengapa kita tidak mulai dengan memberitakan kabar baik?
Bahwa masih banyak perkawinan yang langgeng, bahkan mencapai 'anniversary ke-50.'
Masih banyak orang-orang yang setia dan penuh pengabdian seperti guru-guru honorer di pedalaman, yang mungkin gajinya tak pernah cukup untuk kebutuhan sehari-hari, namun tetap setia mengabdi...
Masih ada para abdi masyarakat yang peduli pada nasib bangsa, dan bukan melulu 'makan uang' rakyatnya...
Sekecil apa pun, harapan itu masih ada...
Jangan padamkan nyala lilinnya, meskipun terang itu sungguh redup...
Mari mencoba menuliskan status di media sosial semisal Facebook yang lebih bermutu...
Bukan melulu keluhan, apalagi fitnahan...
Bukan melulu hinaan atau kecaman terhadap perbedaan...
Jangalah menjadi serupa dengan dunia, namun berubahlah oleh pembaharuan akal budi kita...
Sehingga kita mampu membedakan yang baik dan buruk di dalam Dia dengan bijaksana...
Semoga hidup kita berkenan padanya!
(-fon-)
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
--- Roma 12:2
Saturday, May 21, 2016
TODAY, 21 Mei 2016: Hidup Sederhana
TODAY, 21 Mei 2016
Hidup Sederhana
Di zaman modern seperti sekarang ini, agaknya tidak terlalu mudah untuk hidup seadanya. Hidup sederhana, apa adanya.Orang seolah berlomba-lomba menampilkan apa yang disebut Pope Francis sebagai: konsumerisme, kesenangan, kelebihan materi, dan kekayaan lewat sosial media.
Seolah jika mereka yang tidak atau kurang 'pamer' menjadi ketinggalan dan seolah 'kurang gaul' dibandingkan yang lainnya.
Meskipun ini Khotbah Pope Francis dari Misa Natal lalu, namun bagi saya apa yang beliau katakan tetap atau bahkan sangat relevan dengan keadaan kita sehari-hari di dunia ini:
Dalam khotbahnya, Paus mengecam apa yang disebutnya kecanduan masyarakat dengan konsumerisme, kesenangan, kelebihan materi, dan kekayaan. Mencatat kesederhanaan kelahiran bayi Yesus di sebuah kandang, Fransiskus mengatakan, Yesus “menyerukan kepada kita untuk bertindak bijaksana, atau dengan perkataan lain, hidup secara sederhana, berimbang, konsisten, dan mampu membedakan mana yang perlu dan mana yang tidak. (Khotbah Paus Fransiskus pada Misa Natal 24 Desember 2015)
Saya pernah mengalami masa-masa kena PHK (Putus Hubungan Kerja) saat krisis moneter di seluruh dunia yang juga berdampak di Indonesia.Saya dan teman-teman satu departemen dirumahkan dengan pesangon, namun kondisi krisis membuat kami tak mudah juga mencari pekerjaan.
Selama terkena PHK itu, saya sungguh mengerti apa yang namanya hidup sederhana.
Harus betul-betul mampu membedakan mana yang perlu dan mana yang tidak.
Tidak lagi hidup semaunya sendiri, namun betul-betul harus mengelola keuangan dengan bijaksana untuk hidup sehari demi sehari untuk kemudian melewati bulan demi bulan.
Puji Tuhan, setelah menganggur selama 4 bulan, saya pun mendapat pekerjaan baru.
Di situ saya sungguh belajar bahwa kita seharusnya berusaha untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan...
Untuk hidup sederhana, tidak sulit.
Yang mahal adalah gaya hidup.
Dan bagi saya pribadi, kalau memang belum mampu, saya berusaha untuk tidak memaksakan diri sehingga tidak terjadi besar pasak daripada tiang.
Semoga kita terus belajar hidup sederhana, jika memang Tuhan beri kemudahan dan kelimpahan, itulah saatnya juga untuk berbagi kepada sesama yang menderita dan berkekurangan.
Semoga demikian adanya.
(-fon-)
Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
--- Filipi 4:11
Thursday, May 19, 2016
TODAY, 20 Mei 2016: Hyperdulia
Hyperdulia
Dalam kenyataannya umat Kristen mengakui bahwa Maria mempunyai kedudukan yang lebih istimewa di antara orang kudus oleh kerena peranannya sebagai Bunda Allah Yesus Kristus. Sebagai akibatnya penghormatan dan puji-pujian kepada Maria juga mendapat tempat yang istimewa dan khusus (hyperdulia).
(Sumber: Website iman katolik - www.imankatolik.or.id)
Bunda Maria. Bunda Allah kita.
Di Bulan Mei yang ditetapkan sebagai Bulan Maria bagi umat Katolik, saya kembali diingatkan akan istilah HYPERDULIA ini.
Istilah ini pertama kali saya dengar sekitar tahun 2002-2005 saat saya menempuh pendidikan di KPKS (Kursus Pendidikan Kitab Suci) Santo Paulus Jakarta.
Bunda Maria, dengan ketaatannya yang luar biasa berhak mendapatkan penghormatan ekstra khusus.
Posisi ini di atas para Dulia (para orang kudus- Santo/Santa).
Saat kita berdoa di sepanjang bulan ini, mari mengiringi perjalanan hidup kita dengan kesetiaan seperti yang ditunjukkan oleh Bunda Allah kita.
(KATEKISMUS GEREJA KATOLIK (KGK) no. 148)
Sepanjang hidup kita, mari terus belajar setia.
Seperti kesetiaan yang senantiasa ditunjukkan oleh Bunda Maria.
Mari berseru seperti Bunda kita:
Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Lukas 1:38)
Amin!
(-fon-)
Wednesday, May 18, 2016
TODAY, 19 Mei 2016: Dia Mendengar Suaraku
TODAY, 19 Mei 2016
Dia Mendengar Suaraku
Dalam kesesakan, kucari wajah-Mu...
Kuberseru kepada-Mu.
Menyerahkan segala keresahan...
Serta kegalauan yang ada di benakku...
Hidup tak selalu berjalan seperti yang kumau...
Bahkan banyak kali, dia sungguh menyimpang terlalu jauh...
Bahkan banyak kali, dia sungguh menyimpang terlalu jauh...
Dari apa yang kurencanakan sejak semula...
Dan tak jarang, itu membuat aku kecewa...
Dari pengalaman serta kejadian di kehidupan aku belajar...
Bahwa memang manusia boleh merencanakan...
Namun, pada akhirnya rancangan-Nya juga yang akan terjadi...
Dan Dia- Allah kita- sungguh tahu apa yang terbaik bagi setiap kita...
Engkaulah Tuhan sumber kekuatan...
Engkaulah Allah tempat perllindungan...
Dalam susah dan senangku...
Semoga aku terus mendekat pada-Mu.
(-fon-)
Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berseru. Dan Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong masuk ke telinga-Nya.
--- 2 Samuel 22:7
Tuesday, May 17, 2016
TODAY, 18 Mei 2016: Will Hardship Make You Better or Bitter?
TODAY, 18 Mei 2016
Will Hardship Make You Better or Bitter?
Bars and Melody (also known as BAM) are a British singing/rapping duo consisting of rapper Leondre Devries ("Bars") and singer Charlie Lenehan ("Melody"). They took part in the eighth series of Britain's Got Talent in 2014. During their audition, they had automatically been entered into the semi-finals of Britain's Got Talent after the head judge, Simon Cowell, pressed the "golden buzzer," a new feature introduced in the eighth series, and finished in third place. They refer to their fans as "Bambinos."
(Source: Wikipedia)
Meet Bars and Melody. Duo rapper yang beranggotakan Leondre dan Charlie.
Kembali ke tahun 2014, mereka berpartisipasi dalam ajang Britain's Got Talent.
Leondre mengalami masa-masa yang cukup berat di hidupnya, padahal dia baru duduk di bangku SD.
Dia di-bully teman-temannya dan itu membuatnya sangat terbeban.
Melalui musik rap ini, dia menemukan kesembuhan juga sebuah ruang untuk berekspresi.
Sampai Simon Cowell menekan 'golden buzzer' dan memberikan mereka tempat di semifinal.
Walaupun tidak menjadi pemenang pertama, mereka tetap mendapatkan kontrak musik dan kini memiliki album sendiri.
Mari kita belajar dari pengalaman mereka.
Mereka yang masih kecil dan terbilang kanak-kanak, mampu mengubah kesulitan hidup menjadi suatu keadaan yang lebih baik.
Mereka menjadi lebih baik (better), ketimbang menjadi pahit (bitter) dalam hidupnya.
So, will hardship make us bitter or better?
I do hope that we could choose wisely and of course it's for the better!
Semoga di tiap problematika kehidupan yang kita hadapi, kita memilih untuk menjadi pemenang. Menjadi lebih baik.
Karena Tuhan senantiasa menyertai di setiap langkah, Dia takkan meninggalkan kita sendirian.
Dia dengan kekuatan-Nya mampu mempertahankan kehidupan kita.
Semoga kita memilih mengikuti jalan keselamatan-Nya!
(-fon-)/Fonny Jodikin
Waktu aku ditimpa kesusahan, Engkau mempertahankan hidupku. Engkau melawan musuhku yang sedang mengamuk dan Kauselamatkan aku dengan kuasa-Mu.
--- Mazmur 138:7
Monday, May 16, 2016
TODAY, 17 Mei 2016: Ruang Maaf
Ruang Maaf
Tidak ada orang yang tak pernah melakukan kesalahan.
Karena tidak ada orang yang sempurna tanpa cacat cela.
Kita semua pasti pernah berbuat kekeliruan-entah disengaja ataupun tidak.
Terkadang ada rasa sesal yang terlalu...
Yang begitu dalam: seolah kesalahan itu takkan pernah bisa ditebus dengan apa pun...
Rasa bersalah itu berdiam di dalam diri dan mengusik ketenangan kita.
Meskipun mungkin kita sudah berucap maaf kepada orang yang bersangkutan...
Ada kalanya kita pun merasa begitu sakit hati atas perlakuan seseorang kepada kita.
Yang rasanya tak sanggup kita terima, apa pun alasannya.
Kita menjadi pahit di dalam batin, lalu itu terlihat dari sikap hidup kita sehari-hari yang sinis dan selalu menganggap orang lain ingin mencelakakan kita...
Entah itu rasa bersalah karena merasa kita berbuat dosa besar, entah itu ketidakmampuan (baca: belum mampunya kita) untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita...
Kita perlu sebuah ruang maaf...
Untuk mengampuni orang lain, juga untuk mengampuni diri sendiri.
Mari datang ke hadirat Tuhan dan mengakui dosa-dosa kita...
Di Katolik tentunya lewat Sakramen Rekonsiliasi (Pengampunan Dosa).
Semoga kita kembali memperbaharui relasi dan kedekatan kita dengan Allah, sesama, dan juga diri kita sendiri.
(-fon-)
Tetapi kalau kita mengakui dosa-dosa kita kepada Allah, Ia akan menepati janji-Nya dan melakukan apa yang adil. Ia akan mengampuni dosa-dosa kita dan membersihkan kita dari segala perbuatan kita yang salah.
--- 1 Yohanes 1:9 (BIS-Bahasa Indonesia Sehari-hari)
TODAY, 16 Mei 2016: Engkaulah Harapanku
TODAY, 16 Mei 2016
Engkaulah Harapanku
Di saat banyak hal mengecewakan...
Di saat kenyataan begitu berbeda dari apa yang telah direncanakan...
Kudatang kepada-Mu ya, Tuhan...
Membawa segala keluh kesah yang mengganjal di pikiran...
Betapa mudahnya kami menjadi lemah iman...
Hanya karena satu-dua persoalan...
Padahal mungkin apa yang kami rencanakan...
Tidak seindah rancangan yang Kausediakan...
Kembali kudatang ke hadirat-Mu, Tuhan...
Kembali pula kuberdoa dengan sepenuh iman...
Bahwa Engkaulah satu-satunya harapan...
Di tengah dunia yang terkadang mengecewakan.
Engkaulah Allahku.
Perlindunganku.
Kota bentengku.
Sepanjang hidupku, semoga aku tetap setia kepada-Mu!
(-fon-)
Sebab Engkaulah harapanku , ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH.
--- Mazmur 71:5
Engkaulah Harapanku
Di saat banyak hal mengecewakan...
Di saat kenyataan begitu berbeda dari apa yang telah direncanakan...
Kudatang kepada-Mu ya, Tuhan...
Membawa segala keluh kesah yang mengganjal di pikiran...
Betapa mudahnya kami menjadi lemah iman...
Hanya karena satu-dua persoalan...
Padahal mungkin apa yang kami rencanakan...
Tidak seindah rancangan yang Kausediakan...
Kembali kudatang ke hadirat-Mu, Tuhan...
Kembali pula kuberdoa dengan sepenuh iman...
Bahwa Engkaulah satu-satunya harapan...
Di tengah dunia yang terkadang mengecewakan.
Engkaulah Allahku.
Perlindunganku.
Kota bentengku.
Sepanjang hidupku, semoga aku tetap setia kepada-Mu!
(-fon-)
Sebab Engkaulah harapanku , ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH.
--- Mazmur 71:5
Sunday, May 15, 2016
TODAY, 15 Mei 2016: Recipere Deum dan Capax Dei
TODAY, 15 Mei 2016
Recipere Deum dan Capax Dei
The word of God, especially in today’s readings, tells us that the Spirit is at work in individuals and communities filled with himself; the Spirit makes them capable of recipere Deum [receiving God], capax Dei [with the capacity for God], as the holy Church Fathers say. (Pope Francis Homily, Pentacost 2015)
Paus Fransiskus dalam homilinya di Pentakosta tahun 2015 yang lalu mengingatkan kembali bahwa Para Bapa Gereja menjelaskan bahwa Roh Kudus itu bekerja di dalam perorangan dan komunitas yang dipenuhi dirinya; Roh Kudus memampukan mereka untuk menerima Allah (Recipere Deum) dan diberi kemampuan untuk melakukan karya-karya Allah (Capax Dei).
Sekali lagi, bukan karena kemampuan kita pribadi, namun karena kebaikan Allah melalui bimbingan Roh Kudus-Nya jika kita mampu mengembangkan segala talenta yang ada di diri secara maksimal...
Segalanya itu untuk sebesar-besarnya kerajaan Allah dan bukan untuk pujian atau dikagumi oleh manusia.
Setelah Yesus pergi, Dia mengirimkan Roh Penghibur, Roh Kebenaran, yang menuntun setiap kita untuk kembali kepada-Nya...
Entah itu rasa bersalah ketika kita melakukan suatu hal yang bertentangan dengan jalan-Nya...
Entah itu kebaikan yang mengalir tanpa memperhitungkan untung-ruginya...
Buah-buah Roh semoga tetap mengalir di hidup kita.
Semoga kita senantiasa dimampukan untuk menerima Allah dan diberi kekuatan untuk melakukan karya-karya-Nya.
Selamat Hari Raya Pentakosta!
(-fon-)/
Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." 20:22 Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata:"Terimalah Roh Kudus.
--- Yohanes 20:21-22
Recipere Deum dan Capax Dei
The word of God, especially in today’s readings, tells us that the Spirit is at work in individuals and communities filled with himself; the Spirit makes them capable of recipere Deum [receiving God], capax Dei [with the capacity for God], as the holy Church Fathers say. (Pope Francis Homily, Pentacost 2015)
Paus Fransiskus dalam homilinya di Pentakosta tahun 2015 yang lalu mengingatkan kembali bahwa Para Bapa Gereja menjelaskan bahwa Roh Kudus itu bekerja di dalam perorangan dan komunitas yang dipenuhi dirinya; Roh Kudus memampukan mereka untuk menerima Allah (Recipere Deum) dan diberi kemampuan untuk melakukan karya-karya Allah (Capax Dei).
Sekali lagi, bukan karena kemampuan kita pribadi, namun karena kebaikan Allah melalui bimbingan Roh Kudus-Nya jika kita mampu mengembangkan segala talenta yang ada di diri secara maksimal...
Segalanya itu untuk sebesar-besarnya kerajaan Allah dan bukan untuk pujian atau dikagumi oleh manusia.
Setelah Yesus pergi, Dia mengirimkan Roh Penghibur, Roh Kebenaran, yang menuntun setiap kita untuk kembali kepada-Nya...
Entah itu rasa bersalah ketika kita melakukan suatu hal yang bertentangan dengan jalan-Nya...
Entah itu kebaikan yang mengalir tanpa memperhitungkan untung-ruginya...
Buah-buah Roh semoga tetap mengalir di hidup kita.
Semoga kita senantiasa dimampukan untuk menerima Allah dan diberi kekuatan untuk melakukan karya-karya-Nya.
Selamat Hari Raya Pentakosta!
(-fon-)/
Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." 20:22 Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata:"Terimalah Roh Kudus.
--- Yohanes 20:21-22
Saturday, May 14, 2016
TODAY, 14 Mei: Precious in His Eyes
TODAY, 14 Mei
Precious in His Eyes
Hari ini saya menyaksikan sebuah video tentang seorang gadis belia yang berperang dengan berat badannya.
Awalnya dia langsing, menjadi gemuk, lalu kemudian berubah menjadi seseorang yang mengidap anoreksia nervosa.
Dia begitu takut bahkan untuk minum air putih saja, karena dianggap akan menambah berat badannya.
Keadaannya semakin memburuk, sehingga dia harus masuk Rumah Sakit (RS).
Di RS, dia mendapat dukungan dari sahabat-sahabat dan keluarganya, lalu dia menjadi sehat kembali.
Sekembalinya ke rumah, dia kembali mengalami anoreksia nervosa dan harus ke RS lagi.
Perlahan tetapi pasti, karena kasih tanpa syarat dari keluarganya, dia berangsur-angsur normal dan menjalani hidup sehat.
Mungkin kita punya kisah serupa tapi tak sama dengan gadis belia itu.
Umumnya berhubungan dengan penerimaan diri yang sangat kurang.
Merasa diri tidak berharga, sungguh berdosa, dan melihat begitu banyak hal-hal negatif di dalam diri sendiri.
Namun, yang seharusnya kita sadari: biar apa pun yang terjadi, kita berharga di mata-Nya.
We are precious in His Eyes!
Oleh sebab itu, jangan sia-siakan hidup kita...
Berusaha terus menerima segala di diri kita: entah itu kebaikan atau kekurangan.
Jika kekurangan itu kita bisa perbaiki, mari berjalan menuju ke arah itu.
Sambil terus mensyukuri setiap detik yang kita lalui...
Karena kita sungguh berharga di mata-Nya!
(-fon-)/ Fonny Jodikin
Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.
--- Yesaya 43:4a
Precious in His Eyes
Hari ini saya menyaksikan sebuah video tentang seorang gadis belia yang berperang dengan berat badannya.
Awalnya dia langsing, menjadi gemuk, lalu kemudian berubah menjadi seseorang yang mengidap anoreksia nervosa.
Dia begitu takut bahkan untuk minum air putih saja, karena dianggap akan menambah berat badannya.
Keadaannya semakin memburuk, sehingga dia harus masuk Rumah Sakit (RS).
Di RS, dia mendapat dukungan dari sahabat-sahabat dan keluarganya, lalu dia menjadi sehat kembali.
Sekembalinya ke rumah, dia kembali mengalami anoreksia nervosa dan harus ke RS lagi.
Perlahan tetapi pasti, karena kasih tanpa syarat dari keluarganya, dia berangsur-angsur normal dan menjalani hidup sehat.
Mungkin kita punya kisah serupa tapi tak sama dengan gadis belia itu.
Umumnya berhubungan dengan penerimaan diri yang sangat kurang.
Merasa diri tidak berharga, sungguh berdosa, dan melihat begitu banyak hal-hal negatif di dalam diri sendiri.
Namun, yang seharusnya kita sadari: biar apa pun yang terjadi, kita berharga di mata-Nya.
We are precious in His Eyes!
Oleh sebab itu, jangan sia-siakan hidup kita...
Berusaha terus menerima segala di diri kita: entah itu kebaikan atau kekurangan.
Jika kekurangan itu kita bisa perbaiki, mari berjalan menuju ke arah itu.
Sambil terus mensyukuri setiap detik yang kita lalui...
Karena kita sungguh berharga di mata-Nya!
(-fon-)/ Fonny Jodikin
Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.
--- Yesaya 43:4a
Friday, May 13, 2016
TODAY, 13 Mei: Indah Pada Waktu-Nya
TODAY, 13 Mei
Indah Pada Waktu-Nya
"Kapan giliranmu?"
Pertanyaan itu agaknya sering kita dengar dan kita alami sesuai jenjang kehidupan kita.
Ketika belum punya pacar, orang menanyakan hal itu.
Ketika punya pacar, tetapi belum menikah, pertanyaan yang sama keluar lagi.
Ketika sudah menikah, tetapi belum punya anak, lagi-lagi ditanyai pertanyaan serupa.
Ketika sudah punya anak satu, belum punya yang kedua, kembali mereka bertanya-tanya.
Dan seterusnya. Dan sebagainya.
Kalau diikuti terus, terasa melelahkan dan 'ngeselin' juga.
Tetapi, namanya manusia dan kehidupan sosialnya, suka atau tidak- pastinya kita akan mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
Padahal kalau dipikir-pikir, " Gue hidup juga nggak nyusahin elo, juga gak minta apa-apa dari elo, kenapa gue juga yang kena begini, yah?"
Yah, daripada sakit hati oleh pertanyaan-pertanyaan yang bikin jengkel ituuu, mari kembali kepada firman-Nya.
Percaya, untuk segala sesuatu di bawah bumi ini ada waktunya...
Tugas kita memang melaksanakan segala sesuatu sebaik yang kita bisa...
Diiringi doa kepada Allah...
Lalu, percaya bahwa segala sesuatu akan indah pada waktu-Nya...
Manusia, ya manusia (baca:kita semua) takkan pernah bisa menyelami pekerjaan yang dilakukan oleh Allah dari awal sampai akhir.
So?
Tak perlu bersikap angkuh, apalagi sok tahu...
Tak usah juga minder dan merasa sungguh tak berdaya.
Percayalah bahwa segala sesuatu akan indah pada waktu-Nya!
(-fon-)/ Fonny Jodikin
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka . Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
--- Pengkhotbah 3:11
Indah Pada Waktu-Nya
"Kapan giliranmu?"
Pertanyaan itu agaknya sering kita dengar dan kita alami sesuai jenjang kehidupan kita.
Ketika belum punya pacar, orang menanyakan hal itu.
Ketika punya pacar, tetapi belum menikah, pertanyaan yang sama keluar lagi.
Ketika sudah menikah, tetapi belum punya anak, lagi-lagi ditanyai pertanyaan serupa.
Ketika sudah punya anak satu, belum punya yang kedua, kembali mereka bertanya-tanya.
Dan seterusnya. Dan sebagainya.
Kalau diikuti terus, terasa melelahkan dan 'ngeselin' juga.
Tetapi, namanya manusia dan kehidupan sosialnya, suka atau tidak- pastinya kita akan mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
Padahal kalau dipikir-pikir, " Gue hidup juga nggak nyusahin elo, juga gak minta apa-apa dari elo, kenapa gue juga yang kena begini, yah?"
Yah, daripada sakit hati oleh pertanyaan-pertanyaan yang bikin jengkel ituuu, mari kembali kepada firman-Nya.
Percaya, untuk segala sesuatu di bawah bumi ini ada waktunya...
Tugas kita memang melaksanakan segala sesuatu sebaik yang kita bisa...
Diiringi doa kepada Allah...
Lalu, percaya bahwa segala sesuatu akan indah pada waktu-Nya...
Manusia, ya manusia (baca:kita semua) takkan pernah bisa menyelami pekerjaan yang dilakukan oleh Allah dari awal sampai akhir.
So?
Tak perlu bersikap angkuh, apalagi sok tahu...
Tak usah juga minder dan merasa sungguh tak berdaya.
Percayalah bahwa segala sesuatu akan indah pada waktu-Nya!
(-fon-)/ Fonny Jodikin
--- Pengkhotbah 3:11
Thursday, May 12, 2016
TODAY, 12 Mei: Biarlah Segala Yang Bernafas Memuji Tuhan
TODAY, 12 Mei: Biarlah Segala Yang Bernafas Memuji Tuhan
Oleh: Fonny Jodikin
Biarlah Segala Yang Bernafas Memuji Tuhan
Malam hari.
Lintasan peristiwa sepanjang hari ini hadir kembali di benak kita.
Satu per satu, bak putaran film, menampilkan adegan demi adegan yang sudah terjadi sepanjang hari ini...
Beberapa adegan sangat menyenangkan dan menggembirakan.
Namun, ada bagian-bagian episode yang memilukan, mengharukan, atau mungkin juga menyakitkan...
Apa pun yang terjadi sepanjang hari ini, aku duduk bersimpuh di kaki-Mu malam ini.
Bersyukur atas semua kebaikan-Mu.
Berusaha untuk tetap setia sebagaimana Engkau yang terlebih dahulu setia kepada kami dan terus-menerus memuji-Mu...
Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan...
Memuji Dia dalam tempat kudus-Nya...
Memuji Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat...
Memuji Dia untuk semua kebesaran-Nya...
Memuji Dia dengan seluruh keberadaan diri kita.
Sebelum lelap tidur kami malam ini...
Izinkan kami memuji dan memuliakan-Mu...
Sekarang dan selama Engkau percayakan nafas kehidupan ini bagi kami.
Terima kasih, Tuhan!
(-fon-)
Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat! 150:2 Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat! 150:3 Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! 150:4 Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! 150:5 Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang! 150:6 Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!
--- Mazmur 150:1-6
Oleh: Fonny Jodikin
Biarlah Segala Yang Bernafas Memuji Tuhan
Malam hari.
Lintasan peristiwa sepanjang hari ini hadir kembali di benak kita.
Satu per satu, bak putaran film, menampilkan adegan demi adegan yang sudah terjadi sepanjang hari ini...
Beberapa adegan sangat menyenangkan dan menggembirakan.
Namun, ada bagian-bagian episode yang memilukan, mengharukan, atau mungkin juga menyakitkan...
Apa pun yang terjadi sepanjang hari ini, aku duduk bersimpuh di kaki-Mu malam ini.
Bersyukur atas semua kebaikan-Mu.
Berusaha untuk tetap setia sebagaimana Engkau yang terlebih dahulu setia kepada kami dan terus-menerus memuji-Mu...
Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan...
Memuji Dia dalam tempat kudus-Nya...
Memuji Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat...
Memuji Dia untuk semua kebesaran-Nya...
Memuji Dia dengan seluruh keberadaan diri kita.
Sebelum lelap tidur kami malam ini...
Izinkan kami memuji dan memuliakan-Mu...
Sekarang dan selama Engkau percayakan nafas kehidupan ini bagi kami.
Terima kasih, Tuhan!
(-fon-)
Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat! 150:2 Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat! 150:3 Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! 150:4 Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! 150:5 Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang! 150:6 Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!
--- Mazmur 150:1-6
Subscribe to:
Posts (Atom)