Ketaatan Iman yang Paling Sempurna
Perawan Maria menghayati ketaatan iman yang paling sempurna. Oleh karena ia percaya bahwa bagi Allah "tidak ada yang mustahil" (KGK/Katekismus Gereja Katolik no. 148).
Mari kita melihat diri kita sendiri dan menganalisa...
Apakah ketaan kita kepada Allah terus konstan?
Atau berada pada grafik naik-turun yang terlalu tajam?
Atau berada pada grafik naik-turun yang terlalu tajam?
Sesungguhnya, naik-turun adalah hal biasa...
Namun, semoga saat kita tengah 'turun', tidak 'drop' begitu jauh...
Keimanan kita pasti pernah mengalami jatuh-bangun...
Namun, marilah terus mencontoh Bunda Maria, dengan ketaatan imannya yang paling sempurna, berseru kepada Allah: " Tiada yang mustahil bagi-Nya."
Semoga kita senantiasa diingatkan agar terus berpegang di dalam Dia, dalam segala keadaan yang terjadi dalam hidup kita.
(-fon-)
Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.
--- Lukas 1:37
23 Maret
Terpelihara Sempurna
Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.
--- 1 Tesalonika 5:23
Semoga kita tetap hidup kudus di dalam Dia...
Berani melawan arus di tengah dunia yang menawarkan banyak cara yang tidak sesuai dengan jalan-Nya...
Semoga seluruh roh, jiwa, dan tubuh kita terpelihara sempurna karena Dia menguduskan kita...
Dan tetap memperjuangkan suatu kehidupan yang benar di mata Allah...
Bukan hanya apa yang dianggap benar oleh orang-orang di sekitar kita.
Be different in Him! Tampil beda di dalam Dia!
(-fon-)
24 Maret
Sempurna Seperti Bapa di Surga
Dalam edisi Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), ayat ini berbunyi :
Bapamu di surga mengasihi semua orang dengan sempurna. Kalian harus begitu juga.
Mungkin, ketika membaca terlintas pikiran...
Mengasihi semua orang dengan sempurna?
Saya harus begitu juga?
Apa mungkin?
Terutama terhadap mereka yang begitu menyakiti hati, sering menghina dan merendahkan diri kita, walaupun kita tidak bersalah sepenuhnya?
Masih dipenuhi tanda tanya di kepala, mungkin kita kembali berpikir...
Ah, ayat itu bukan untuk saya...
Itu buat orang-orang yang pemaaf, yang bisa mengasihi semua orang...
Benarkah demikian?
Mungkin kita belum bisa, tapi bukan berarti nantinya tidak bisa.
Mari terus berupaya yang terbaik untuk mengasihi sesama kita.
Meskipun pernah dikecewakan...
Semoga selalu ada pintu maaf...
Memaafkan bukan pula berarti mau dimanfaatkan di kemudian hari...
Tetap tulus dan cerdik, serta penuh kasih.
Belajar lebih baik lagi, sempurna seperti Bapa di Sorga.
(-fon-)
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.
--- Matius 5:48
No comments:
Post a Comment